3. TUHAN, PENUHILAH KEBUTUHAN KAMI
Jawablah pertanyaan ini:
"Apakah doa Bapa Kami berarti dalam hidupku di dunia ini?"
Bagian kedua dari doa Bapa Kami yang menjadi pusat perhatian kita dalam tulisan ini memberi jawaban atas pertanyaan di atas dengan suatu jawaban "ya" yang mantap. Allah menghendaki agar doa kita menyentuh disposisi, tindakan, dan usaha membangun damai di tempat kita menghayati hidup.
Doa memperkenalkan kuasa Allah dalam hidup kita setiap hari yaitu kuasa yang dapat "melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan' (Efesus 3:20). Ya, bila doa kita sampai ke hadirat Allah di surga, maka doa itu akan merupakan berkat karunia yang tak terukur nilainya bagi kita.
Ketika mendoakan bagian akhir doa Bapa Kami ini, kita akan melihat betapa sangat praktis doa ini. Setiap permohonan berkaitan dengan situasi hidup kita sehari-hari sebagai orang Katolik yang hidup di tengah-tengah masyarakat dunia yang nyata.
Ketika semakin dekat dengan Bapa, kita akan sadar bahwa Ia mendengarkan doa kita, menyatakan rencanaNya yang sempurna dan menunjukkan cintaNya yang agung kepada kita dalam segala situasi dan pencobaan yang kita hadapi setiap hari. Ia juga mengajarkan kepada kita sikap percaya, seperti seorang anak yang percaya pada BapaNya; maka Iapun ingin agar kita berdoa.
Rasul Yakobus memahami dengan baik prinsip ini, yaitu bahwa doa kita harus menyentuh hidup kita.
Rasul Yakobus memahami dengan baik prinsip ini, yaitu bahwa doa kita harus menyentuh hidup kita.
Tentang hidup kita sehari-hari, ia mengingatkan para pembacanya:
"Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia seumpama seorang yang sedang mengamat-amatinya mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
"Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia seumpama seorang yang sedang mengamat-amatinya mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
Baru saja ia memandang cermin, ia sudah pergi atau segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa memahami hukum yang sempurna, yaitu hukum yang mendekatkan orang dengan Allah, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar atau melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yak 1:22-25)
Demikianlah kita diharapkan menghayati iman kita. Bila kita menjalankan langkah-langkah praktis seperti memaafkan, memohon pengampunan, memohon agar Ia mencukupi kebutuhan kita, memohon agar Ia melindungi kita dari yang jahat, kita akan mengalami iman kita sebagai sesuatu yang kita hayati dan praktekkan setiap hari.
Tulisan ini akan menawarkan beberapa saran untuk menghayati iman anda. Kami mendukung anda untuk melaksanakannya sambil mendoakan doa Bapa Kami sambil berharao bahwa Allah bekerja dalam hidup anda.
No comments:
Post a Comment