Monday, April 6, 2020
Sharing Refleksi Pribadi
Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 12:1-11. Secara khusus perhatian refleksi kita pada ayat 8.
*"Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”* (Yohanes 12:8)
Ketika merefleksikan ayat injil tersebut, perhatian kita tertuju pada kalimat perkataan Yesus ini: "Aku tidak akan selalu ada pada kamu".
Saya jadi teringat pada tahun 2010, saya mengalami kekeringan rohani. Saya mengalami masa yang disebut ariditas, ketandusan rohani yang cukup parah.
Waktu itu saya merasakan Tuhan begitu jauhnya. Saya merasa Tuhan tidak ada bahkan Dia seperti diam dalam kehidupan saya.
Kegiatan rohani pun serasa hambar. Doa begitu hampa. Perasaan batin amat gamang dalam kegalauan.
Bukan hanya itu saja, pelayanan di gereja waktu itu hanya rutinitas. Aktivitas menggereja hanya sekadar saja.
Awalnya tidak mudah melewati masa kekeringan rohani itu. Hingga akhirnya saya menyadari masa ariditas mesti dilewati pada tahun 2013 ketika saya membaca buku “Teologi Trinitas dalam Konteks Mistagogi” karya Nico Syukur Dister OFM.
Dalam buku itu dijelaskan bahwa ada lima periode peralihan hidup rohani. Mulai dari :
*Fase pertama*, coversio: berbalik atau pertobatan.
*Fase kedua*, purgatio: pemurnian.
Kemudian
*Fase ketiga*, Illuminatio: penerangan atau pencerahan.
*Fase keempat*, aritidas: ketandusan.
Dan terakhir
*Fase kelima*, unio: penyatuan atau perfectio: penyempurnaan (halaman 95-131).
Dalam masa ketandusan itu, dikatakan “hanya lambat laun saja mistikus belajar menerima keadaan nirkasih itu demi Kasih, dan berjuang untuk bertahan.”
Berkaitan dengan perkataan Yesus yang saya refleksikan kali ini, “Aku tidak akan selalu ada pada kamu,” telah menyadarkan saya bahwa Tuhan menghendaki agar saya tetap setia dan beriman kepada-Nya.
Saya yang tadinya merasakan seperti ada sebuah tembok antara saya dengan Tuhan, ternyata tembok tersebut kemudian runtuh. Saya yang tadinya merasakan Tuhan meninggalkan saya ternyata Tuhan masih hadir dalam hidup saya.
Saya akhirnya dapat mensyukuri rahmat Tuhan mengalir kembali bagi hidup saya. Di dalam perjalanan waktu, saya pun dapat melewati siklus ariditas rohani tersebut.
Sikap yang dapat saya lakukan yaitu menerima keadaan saat itu, sabar dalam penantian kasih Tuhan, dan berjuang untuk bertahan dalam iman kepada Allah.
Saya pun percaya pada Tuhan seperti dikatakan Mazmur Tanggapan hari ini, “Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan. (Mazmur 27:13-14)
Terpujilah Engkau, Allah Tritunggal Maha Kasih dan Murah Hati. Kami bersyukur untuk rahmat cinta-Mu bagi kami hingga detik ini._
_Tuhan kami menyadari bahwa Engkau tidak akan selalu ada pada hidup kami, namun kami percaya bahwa Engkau tidak meninggalkan kami._
_Tuhan, kami mohon kuatkanlah dan teguhkanlah hati kami untuk senantiasa menantikan Engkau dalam peziarahan hidup ini. Dalam kasih-Mu, Yesus kami memuji dan memuliakan Engkau, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
S.Y. Melki S. Pangaribuan
[greathousemanahement.blogspot.com]